Material Requirement Planning (MRP)
MRP
merupakan sistim yang dirancang untuk kepentingan perusahaan manufaktur
termasuk perusahaan kecil. Alasannya adalah bahwa MRP merupakan pendekatan yang
logis dan mudah dipahami untuk memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan
penentuan jumlah bagian, komponen, dan material yang diperlukan untuk
menghasilkan produk akhir. MRP juga memberikan skedul waktu yang terinci kapan
setiap komponen, material dan bagian harus dipesan atau diproduksi.
MRP
didasarkan pada permintaan dependen.
Permintaan dependen adalah permintaan yang disebabkan oleh permintaan terhadap
item level yang lebih tinggi. Misalnya permintaan akan mesin otomotif, roda
merupakan permintaan dependen yang tergantung pada permintaan otomobil. MRP
digunakan pada berbagai industri terutama yang berkarakteristik job-shop, yakni
industri yang memproduksi sejumlah produk dengan menggunakan peralatan produksi
yang relatif sama.. MRP tidak akan cocok bila diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk dalam jumlah yang relatif sedikit.
Perencanaan
MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan
material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu
Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu
sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal
produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal
valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur
yang kompleks dan tidak pasti.
Ada empat
tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
Netting
adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih
antara kebutuhan kotor denagan keadaan persediaan.
2. Lotting
(Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting
adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil
perhitungan netting.
3.
Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting
bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan
dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time.
4.
Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding
adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya,
berdasarkan pada rencana pemesanan.
Tujuan
Material Requirement Planning (MRP)
Tujuan
Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas
item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi.
Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak
berbeda dengan sistim lain yakni:
·
memperbaiki layanan kepada pelanggan,
·
meminimisasi investasi pada inventori,
dan
·
memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi
MRP adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu
dan tempat yang tepat.
Keunggulan dan Kelemahan Material
Requirement Planning (MRP)
Keunggulan
MRP diantaranya:
1. Memberikan
kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
2. Mengurangi
harga jual,
3. mengurangi persediaan,
4. Layanan
yang lebih baik kepada pelanggan,
5. respon
yang lebih baik terhadap tuntutan pasar,
6. kemampuan
mengubah skedul master,
7. mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur
(idle time)
Sedang kelemahan yang pokok adalah
menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh:
1.
kurangnya komitmen dari manajemen puncak
dalam pengimplementasian MRP,
2.
MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah
dari sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada
sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau
suatu bagian dari keseluruhan sistim perusahaan,
3.
mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa
memahami betul karakteristik kedua pendekatan tersebut,
4.
membutuhkan akurasi operasi,
5.
kesulitan dalam membuat skedul terinci.
Struktur
Sistim Material Requirement Planning (MRP)
Cara kerja sistim MRP
adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk membuat skedul
produksi master atau Master Production Schedule (MPS) yang memberikan gambaran
tentang jumlah item yang diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat
berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan
proses alokasi untuk mengadakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan
memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).
Bill of Material mengidentifikasi
material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang
diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure
tree). Bill of material ini merupakan
sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan
untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan
produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai
daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill
of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.
Pohon Struktur Produk
(Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah
salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk
(Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan
antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur
produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu
perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen
dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi
menjadi dua jenis, yaitu :
·
Struktur produk single level yang
menggambarkan hubungan antara produk akhir komponen-komponen penyusunnya dimana
komponen-komponen tersebut langsung membentuk produk akhir atau berada satu
level di bawah produk akhir.
·
Struktur produk multi level yang
menggambarkan hubungan antara produk akhir dengan komponen penyusunnya dimana
komponen-komponen tersebut memerlukan komponen-komponen lain untuk membuatnya
dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan untuk membuat 1 unit produk akhir X
diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit komponen B. Sementara untuk membuat 1
unit komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit komponen D. Dari
informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana tersaji pada
gambar di bawah ini:
File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah unit yang tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan dengan adanya kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status) menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data tentang lead time, lot size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan penting lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar